Agama dan Pariwisata
Agama dan Pariwisata
Mudjia Rahardjo
Membaca judul di atas, orang mungkin akan bertanya apa hubungan antara agama dan pariwisata. Lebih sempit lagi apa ada hubungan antara sikap beragama masyarakat dengan pariwisata? Kalaupun ada, apa signifikan? Tulisan ini mencoba mengurai hubungan atau tali temali antara keduanya dengan melihat data empirik pariwisata di Indonesia. Tulisan ini bukan hasil penelitian, tetapi sebuah opini setelah melihat geliat pariwisata di Indonesia dapat dibilang tertinggal dibanding negara-negara tetangga se-ASEAN.
Dikenal sebagai negara dengan destinasi pariwisata menarik yang tidak terhitung jumlahnya dan tersebar di seluruh pelosok negeri serta berbagai peninggalan budaya yang bernilai tinggi, Indonesia menjadikan pariwisata sebagai sektor andalan perolehan devisa negara. Menyadari hal iti, sejak era Orde Baru pemerintah bekerja keras memoles dunia wisata di Indonesia agar menarik para wisatawan baik dari dalam maupun mancanegara. Bahkan untuk mewujudkan hajat itu, pemerintah membentuk kementerian yang secara khusus mengurusi pariwisata. Tetapi hingga saat ini pariwisata Indonesia belum dapat dikatakan berhasil sepenuhnya.
Diakui bahwa indeks pembangunan pariwisata Indonesia memang membaik. Forum Ekonomi Dunia (WEF), sebagaimana dimuat Kompas (5/9/2019), melaporkan daya saing pariwisata Indonesia membaik dua peringkat ke posisi 40 dari 140 negara pada 2019. Indonesia mengumpulkan skor 4,3 yang dinilai dari aspek lingkungan, kondisi perjalanan, infrastruktur, dan sumber daya alam serta budaya. Skor tertinggi di lingkungan negara-negara ASEAN ialah Singapore dengan angka 4, 8, disusul Thailand dan Malaysia yang nilai sama, yakni 4, 5. Poin tertinggi Indonesia pada daya saing terletak pada harga yang dinilai rendah. Sedangkan poin terendah berada pada keberlanjutan lingkungan. Pada tahun 2019 pariwisata ditarget pemerintah dengan 18 juta kunjungan wisatawan mancanegara dengan jumlah devisa 17, 6 miliar dolar AS. Selanjutnya….
Recent Comments